Entah lah,
Tak ada yang salah atas semua yang telah terjadi,
Memang bijak untuk tidak menyalahkan situasi,
Ketiadaan tentu saja menjadi perihal lumrah bagi umat manusia,
Dedaunan gugur saja masih mau selalu terhempas oleh hembusan yang tahun demi tahun selalu tercemari polusi kota,
Bahkan ketika di ombak laut sekalipun, ia masih saja ingin terseret oleh gelombang yang menampar curamnya tebing.
Sangatlah bohong jika waktu tidak membudaki seseorang manusia.
Sangatlah bohong apabila kekhilafan tidak bisa menundukkan keras kepala dan meluluhkan hati.
Bukankah benar bila benak itu selalu tersirat hingga mata ini tak bisa lagi melihat senja kembali pulang?
Atau dibiarkan saja sampai mati untuk tidak lagi menikmati hingar-bingar lampu perkotaan yang tiap malam kian hidup kadang redup?
Kini datangnya tubuh ini, pasti akan membiarkan segala yang telah terlewati larut dalam jarak yang kian semakin mengecil.
Begitupula saat ini, seolah rindu itu sangat lah lancang untuk di libatkan,
Biarkanlah ruang yang pernah terpisah itu runtuh dan akhirnya menjadi ruang yang bersebelahan,
Biarkan juga rahasia yang pernah dirasa itu teriak lalu menghancurkan dinding-dinding luapan keresahan yang selama ini terpendam.
Aku pernah bodoh membiarkan ruang itu berganti dengan ruang yang baru, membiarkan resah itu meluap namun tak berujung emosi,
Karena aku tau, rindu itu pasti akan ada lalu menjadi pembatas untuk kita hiraukan.
Mungkin aku akan lebih bodoh dari itu, jika tidak mencoba untuk mempertahankan ruang saat ini, membuang semua resah yang tidak lagi terluapkan dan membiarkan kita untuk selalu menghiraukan beratnya arti perjumpaan